Fellowequality

FellowEquality.com

Jumat, 09 Maret 2012

PERANAN BAHASA PERTAMA DALAM PROSES PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi
Strategi dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan.Karena strategi merupakan upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi, perasaan dan hasil pengalaman.Strategi juga dapat merupakan ilmu, yang langkah-langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana atau tindakan..Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga pada umumnya strategi disusun secara bertahap dengan memperhitungkan factor-faktor yang mempengaruhinya

B.    Strategi Dalam Pemerolehan Bahasa Pertama
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.Kompetens i adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir.Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalam memperoleh bahasa pertamanya? Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2005:243- 244) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.Strategi pemerolehan bahasa pertama adalah sebagai berikut:
1.    Strategi Meniru
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa dapat dianjurkan untuk memegang pedoman: tirulah apa yang dilakukan ornag lain. Ini sebenarnya masuk akal. Lihatlah bagaimana anak belajara sesuatu apa pun dari orang dewasa. Ketika ia melihat orang tuanya membuka buku lalu ia menirunya membuka-buka buku, tidak peduli benar benar atau salah caranya. Tapi toh itu selalu dilakukannya dan ornag tuanya juga akan terus mengajarinya. Itu juga digunkannya dalam pemerolehan bahasa. Mula-mula ia hanya bisa mendengar bunyi-bunyi yang ditirukan orang dewasa. Lalu ia menirunya dengan sekenanya. Orang tuanya akan menanggapinya seolah-olah memahami maksud anak.
Tiruan ini akan digunakanya terus meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Pernahkah Anda terkesima mendengar anak Anda menjawab pertanyaan, dengan jawaban yang pernah anda gunakan sendiri terhadap anak Anda?Atau pernahkah Anda terkagum mendengar anak Anda melarang Anda sendiri dengan larangan yang pernah Anda lontarkan?Itulah bukti mereka belajar meniru.Perhatikan monolog berikut ini.
Seorang anak terlalu asyik menonton tv acara film kesukaanya. Tak disadarinya jarak antara tvdan dirinya terlalu dekat. Melihat hal ini Ibunya menegur kepada anaknya: “Jangan dekat-dekat Toni, nanti matanya, rusak. Mundur sedikit ya sayang!”. Di saat yang lain Ibunya terlihat terasa keheranan karena samar-samar terdengar suara Bu Joko, tetangganya muncul di tv. Serta merta ia menghampiri tv untuk meyakinkanya. Karena sednag tidak mengenakan kacamata ia berupayamendekati tv. Si Toni, anaknya, yang juga sedang menyaksikan iklan perdana itu dengan lantang berkata: : “Ma, jangan dekat-dekat dong nanti mata mama rusak”. Kalau mata mama rusak katanya nanti tidka bisa melihat Toni membaca dan belajar di sekolah.Mundur sedikit ya Ma”.
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi ini akan menimbulkan maslaah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Nampaknya gampang sekali.Akan tetapi ada banyak pertanyaan yang harus dijawab mengenai hal ini.
    Apakah peniruan atau imitasi harus persis sama seperti yang dikatakan orang lain?
    Jika si A berkata dengan pola dan gayanya sendiri, apakah B dikatakan telah meniru jika benar-benar persis sama?
    Siapa di dunia ini yang dapat meniru sama?
    Haruskah kata-katanya, susunannya, polanya, gayanya, persis sama?
    Bagaimana dengan intonasinya?
    Apakah intonasi termasuk didalmnya tekanan kata, nada, jeda, dan jangkanya persis sama seperti modelnya?
    Apakah ada bedanya antara pemerolehan bahsa melalui peniruaan dengan pemerolehan bahas atanpa peniruan?
    Apa perbedaan-perbedaan yang dapat terjadi dalam peniruan terhadap model selama hal itu tetap merupakan tiruan?
Literatul penelitian mengenai peniruan atau imitasi mengemukakn adanya berbagai ragam peniruan atau imitaasi, seperti
a.    Imitasi spontan atau spontaneous imitation,
b.    Imitasi pemerolehan atau elicetid imitation,
c.    Imitasi segera atau immediate imitation,
d.    Imitasi terlambat atau delayed imitation, dan
e.    Imitasi dengan perluasan atau imitation with expans ion, reduced imitation
Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
2.    Strategi Produktivitas
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa. Dalam strategi ini anak diberi pedoman: buatlah sebanyak mungkin dengn bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh.Produktivitas adalah cirri utama bahasa.Apakah anda faham itu?Ya, bahas abersifat produktif karena dengan seperangkat kecil sarana dapat dihasilkan sejumlah kata, frase, kalimat, wacana maupun percakapan.Cobalah hitung ada berapa bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia.Yang sederhana saja.Saya beri contoh bunyi bahasa /k/, /t/, /u/, /a/.Dari keempat bunyi bahasa itu berapa kata bahsa Indonesia dapat dihasilkan untuk berkomunikasi. Setidaknya ada empat yaitu: [ kuta ], [ kuat ], [ tuak ] dan [ akut ].
Dari empat kata itu, berapa kalimat yang dapat dihasilakan?.Saya tidak dapat menggambarkan betapa banyak kalimat yang dapat dihasilkan dengan perangkat empat kata tadi. Kita buat beberapa contoh saja
a.    Orang kuat itu terlihat terkapar di panatai Kuta. Belakangan diketahui ia terkena penyakit jantung akut.
b.    Ada indikasi bahwa orang di Kuta itu senang minum tuak
c.    Memang tuak tidka bvaik meskipun bagi orang kuat karena dapat menyebabkan penyakit yang akut.
Contoh di atas tadi menyiratkan bahwa bukan hanya dengans edikit pernagkat saja dapat dihasilkan sejumlah komunikasi bahasa tak terbatas tetapi dengan berbagai cara juga dapat dihasilkan sejumlah tak terbtas komunikasi bahasa. Jadi pernagkat terbatas tadi baru menjadi tak terbatas dengan berbagai cara atau kombinasi dalam hal.
Kita rasanya seolah-olah menganggap sangat luar biasa jika anak-anak kecil melakukan begitu banyak hal komunikasi dengan sarana yang begitu sedikit.Mereka snaggup mengomunikasikan berbagai makna melalui sarana linguistik yang terbatas. Coba ingat-ingat apa yang disampaikan anaka-anak sebelum mereka manggunakan kata-kata. Dia menunjuk kepada suatu benda, melihat kea rah orang dewasa dan menyerukan sesuatu.Dia menulurkan kedua tangannya kepada orang dewasa dan merengek.Demikianlah situasi yang ditambah gerak-gerik, ditambah vokalisasi dapat menyampaikan bnayak hal. Tangis anak saja dapat mengomunikasikan banyak hal dikala ia belum mampu berbicara apa-apa. Ketika ia sudah dapat menuturkan kata-kata, maka lebih banyak lagi yang dapat disampaikannya. Ingat tidak Anda, betapa efektifnya anak menggunakan kata tunggal, terutama sekali pada bagian akhir satu kata tatkal kata tunggal yang disediakan tau diajarkan anak dalam satu situasi merupakan kata yang paling informative. Dengan satu kata itu ia dapat “becerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasin misalnya:
a.    “papa!” (berarti “ papa datang”)
b.    “papa?” ( berarti “mengapa papa belum datang”)
c.    “papa, papa” (berarti “papa selamat pagi”)
d.    “pa…pa..” (berarti “papa baik”)
3.    Strategi ketiga berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi uajaran dan respon.
Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada berpedoman: hasilkanlah ujaran dan lhatlah bagaimana ornag lain memberi responsi. Strategi ini telah dicoba oleh Nelsan (1973).Ia mengamati apa yang dia sebut sebagai “strategi produktif”. Ada delapan belas anak yang ditelaahnya memang banyak berbicara dan memperoleh umpan balik daripada yang lainnya terhadap pembicaraan mereka.Berikut ini adalah contoh percakapan anak wanita yang berumur 19 bulan dengan ibunyta, yang mendemonstrasikan praktik strategi produktif.
Anak     : Saya makan
Ibu     : O, kamu makan?
Anak     : Saya makan nasi, saya makan nasi goring.
Ibu    : O, kamu makan nasi di situ.
Anak     : Ya, makan di sini. Makan?
Ibu     : Ya, kamu boleh makan.
Anak     : (Dia maka). Saya makan.
Ibu     : Ya, kamu boleh makan. Ayo makan.
Anak     : makan nasi.
Ibu     : makan nasi goreng.
Perhatikanlah bahwa ibu secara informal, secara kenvensional, memberikan umpan balik kepada sang anak. Walaupun barnagkali strategi ini hanya merupakan salah satu dari sekian banyak kemungnan, tetapi dapat member nilai tertentu. Secara khusus “ukuran” informal bagi perkembanga bahasa seorang anak adalah apa yang “dikatakan” atau “diucapkan”nya, bukan apa yang difahami anak itu. Strategi produktif bersifat “sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga. Artinya, hal itu dapat memberikan umpan balik kepada pelajar mengenai ekspresinya sendiri terhadap makna dan juga memberinya sampel yang lebih banyak yaitu sampel untuk digarap dan dikerjakan.
Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
4.    Strategi prinsip operasi
Dalam startegi anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa “prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa. Pemikiran ini dikembangkan oleh Slobin (1971).Karya Slobin mengenai prinsip-prinsip operasi atau operating principlis sungguh menunjang gagasan mengenai anak-anak sebagai permerhati dan pemakai aktif pola-pola dalam pemerolehan bahsa. Slobin dan para mahasiswanya dengan penuh semangat mengumpulkan data mereka sendiri dan telah menelaah secara intensif data yang telah dikumpulkan pakar lain engenai pemerolehan bahasa pertama lebih dari 40 bahasa. Selain daripada “perintah terhdap diri sendiri’ oleh anak, prinsip operasi Slobin juga menyarankan ‘larangan’ yang dinyatakan dalam avoidance terms; mislanya: “hindari kekecualian”, “hindari pengaturan kembali”.Misalnya: come; comed {came}; man: mans {men} dalam bahasa inggris, dan beradu-berajar {belajar}; peraturan-perajaran {pelajaran} dalam bahasa Indonesia.

PENUTUP

A.    Kesimpulan

•    Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa pertama adalah strategi meniru Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia dapat sempurna melafalkan bunyi.
•    Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa pertama adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh.
•    Strategi ketiga berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan responsi. Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah ujaran dan lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi. Stategi produktif bersifat “sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga.
•    Strategi keempat adalah prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa “prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa. Selain perintah terhadap diri sendiri oleh anak, prinsip operasi ini juga menyarankan larangan yang dinyatakan dalam avoidance terms; misalnya: hindari kekecualian, hindari pengaturan kembali.

B.    Saran
Sangat kami sadari di dalam penyusunan makalah ini banyak terjadi kesalahan baik dari cara penulisan, ejaan ataupun dari penyusunan tiap kata maupun kalimat kami sangat membutuhkan saran dan masukan yang membangun agar ke depannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Sofa, Pakde.(2008).“Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua”. Diakses tanggal28   Januari 2008 pada http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua
2011. Pengertian Strategi. Diakses tanggal 03 Oktober 2011 pada
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2117278-pengertian-strategi/#ixzz1ZhkTiGxo
Latiffah Melly.(2010). “Perkembangan Kognitif Anak Balita.” Diakses tanggal 09 Januari 2012 pada http://tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2009/03/perkembangan-kognitif- anak-balita.html









Tidak ada komentar:

Posting Komentar