Istri tidak perawan, selalu menjadi beban pertanyaan setiap kaum pria yang hendak melangsungkan pernikahan. Namun, bila pria itu sudah tahu bahwa
calon istri tidak perawan lagi,
mungkin hal lain. Apalagi calon istri itu tidak perawan disebabkan
oleh dirinya sendiri. Karena dia sudah memetiknya sebelum ada ikatan
resmi.
Tapi, bagaimana bila calon suami mengetahui calon istri tidak perawan,
ketika hendak melangsungkan pernikahan. Sementara kegadisan calon
istrinya itu, diambil oleh mantan pacar lamanya. Ayo, apakah calon suami
itu menerima begitu saja? Tidak, apapun alasannya. Termasuk alasan
‘Cinta’.
Memang ada yang menilai, jika tidak cinta, mengapa kamu menikahinya.
Padahal kamu tahu, bahwa calon istri itu dulunya tidak perawan. Ya,
benar. Tapi perlu diingat, bahwa lelaki tidak bisa berbuat banyak, jika
ia sudah mencintai wanita itu. Apalagi kesibukan lelaki bahkan sangat
membuang waktu terlalu banyak. Ia sudah terlalu jauh melakukan
pendekatan sesama keluarga, sehingga membuat lelaki tidak banyak
pilihan. Akhirnya, dia ‘terpaksa’ menerima apa adanya. Tapi sebenarnya
keputusan yang diambil menjadi beban dirinya saat itu dan di masa akan
datang.
Alasan ini terungkap ketika hasil jajak
pendapat diberikan redaksi cekau.com kepada 100 orang pria. Hasilnya
mengejutkan, bahwa para lelaki menerima ‘tidak perawan’ itu lebih
dikarenakan ‘kasihan’ melihat pasangannya menderita. Apalagi soal hubungan intim yang dilakukan calon istrinya dengan mantan pacarnya, selalu terbayang dibenaknya sang calon suami.
Ada dua permasalahan terkait
status perawan atau tidak perawan
seorang wanita, yang dinilai oleh lelaki. Pertama, tidak perawan
disebabkan atau perlakukan perkosaan (dengan pemaksaan), atau kedua,
tidak perawan karena perbuatan dirinya sendiri alias dilakukan suka sama
suka.
Alasan pertama, tidak perawan karena akibat pemaksaan atau perkosaan,
mungkin tidak menjadi permasalahan bagi lelaki, tetapi alasan kedua,
tidak
perawan karena dilakukan
suka sama suka, apalagi dilakukan lebih dari satu kali (hasil
penelitian: biasanya dua remaja selalu melakukan lebih dari satu kali),
maka inilah yang menjadi beban pikiran seorang lelaki.
Tulisan ini diangkat sebagai referensi para wanita, agar lebih menjaga
kehormatan diri. Pasalnya, tidak mudah memberikan sesuatu yang memiliki
nilai jual tinggi, justru diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
Masalah perawan (virgin)
ini, sebaiknya jangan diperdebatkan, baik dalam diskusi maupun dialog
dalam sebuah seminar atau workshop. Jika kita membicarakan perawan, maka
inilah harga tertinggi yang dimiliki wanita itu. Maka, kembaliah kita
ke dasar, bahwa agama dan hukum adat sudah menetapkan soal perawan
seorang gadis, jauh-jauh hari. Perawan ini penting.
Jadi, jika ada wanita (kebanyakan wanita yang sudah menikah), mengatakan bahwa
perawan atau tidak perawan itu tidak penting,
dan berbagai alasan lain disampaikan kepada media atau para lelaki,
maka wajib kita menilai dia adalah wanita yang justru pernah memberikan
perawan secara gratis kepada seorang lelaki tanpa melalui pernikahan
yang sah melalui proses adat maupun agama dan negara.
Dan, sebaliknya, bila lelaki yang menyebut,
perawan atau tidak perawan,
hal itu tidak masalah, maka wajib pula kita menilainya bahwa ia adalah
lelaki yang pernah ‘mencicipi kegadisan secara gratis tanpa melalui
ikatan perkawinan yang diizinkan agama, adat dan negara.
Nah, sejauh inikah pentingnya perawan itu? Ya,
ya dan iya. Jadi tidak ada alasan lagi, kita mendengar ada yang
mengatakan perawan bukan masalah pribadi, tetapi masalah sosial. Inilah
kata yang ‘jahat’ dan tentunya menjadi persoalan serius kepribadian
seorang wanita. Pasalnya, kata ’sosial’ menjadi ujung jawaban yang
diberikan kalangan orang atau narasumber, atau pakar ketika ia mampu
memutarbalikkan masalah pribadi menjadi masalah sosial.
Perlu diingat, bahwa masalah perawan bukan masalah sosial. Tetapi
masalah pribadi yang harus dijunjung tinggi dalam adat, agama dan
negara.
Jika semua wanita tidak menghiraukan masalah perawan ini, alamat kapal akan tenggelam. Ujung-ujungnya, masalah tidak perawan ini akan menjadi bumerang bagi kalangan suami.
Apalagi, masalah perawan ini terungkap saat malam pertama. Ada lima
pendapat yang dirangkum cekau.com, mengapa kata ‘perawan’ menjadi
pertanyaan besar di benak para suami-suami. Nah, apa kata suami?
Jika kalangan suami ribut-ribut soal banyak gadis sekarang tidak perawan
lagi, maka ini baru menjadi masalah sosial. Mengapa wanita begitu
mudahnya memberikan perawan ini secara gratis? Inilah jawaban redaksi
cekau.com, ketika menemui 100 lelaki, yang terdiri dari 50 lelaki yang
sudah menikah, dan 50 lelaki, yang belum menikah termasuk kalangan
remaja.
Tulisan ini patut dipertimbangkan oleh kaum hawa, jika Anda memang
sedang jatuh cinta. Soalnya, kata keperawanan di mata kaum pria, sangat
menentukan kejujuran dan kesetiaan sang istri pada suaminya kelak. Bila
perawan ini ‘hilang’, tahukah Anda apa yang dipikirkan para lelaki,
khususnya para suami? Sedih
Sumber : http://muda.kompasiana.com