Fellowequality

FellowEquality.com

Rabu, 07 Maret 2012

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK "PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.
Tak banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya dimiliki seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui bagaimana cara cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru yang sebenarnya sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita harus mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya
Berdasarkan itu kami membuat makalah ini untuk menggali setitik ilmu mengenai sosok manusia indonesia seutuhnya.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan menfokuskan pada beberapa masalah di bawah ini:
a. Apa pengertian perkembangan kepribadian?
 b. factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia?
 c. Pada hakekatnya kepribadian manusia berkembang didasari karena adanya
 hubungan-hubungan secara teoritis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya pengertian  hakekat dan perkembangan kepribadian bagi peserta didik serta penerapannya. Dan juga bertujuan untuk memenuhi tugas individu makalah pendidikan.


BAB II
2.1 Psikologi Perkembangan kepribadian
    Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalamA.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahapdewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja (A.Supratika, Op Cit, hal. 56).
A.  Struktur kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana system kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai super ego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia di lihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrolatas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.( Ibid ). Persepsi tentang sifat manusia menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

B.  Dibawah ini beberapa contoh dan masalah tentang perkembangan kepribadian mulai dari anak sampai lanjut usia:
    1. Anak dan Balita
        a. Banyak orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya
yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orang tua yang anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat.
b. Apakah anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar
diucapkan oleh para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-anak mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari prestasinya, sikap dan perilakunya, sifatnya,sampai dengan fisiknya. Jeli sekali pengamatan para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-anaknya. Selanjutnya, orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan terapi” Artikel ini,tidak mengajak pembaca untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah,namun mengajak pembaca untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
c. Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif,dan tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-faktortertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1). Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2). Faktor pola asuh
3). Faktor lingkungan
4). Faktor pendidikan
5). Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)
d. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama, bahkan kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang berbedaketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia pun di duniayang segala sesuatunya sama persis
    2.Remaja.
    a. Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja itu sendiri. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua.
 b. Merespon Emosi. Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita
dalam mencapai tujuan dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya bila tujuan kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan menjadi semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal berikut:
1). Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan emosi.
2). Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional (meskipun beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku berdasarkan alasan logis dan objektif).
3). Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan emosi (sombong, marah, cemburu, frustrasi dll)
4). Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas kasih, sayang, perasaan tertarik dll.
3. Dewasa.
a. Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup orang dewasa
yang bisa menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang menjadi depresi, depresi bisa melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa dibilang sebuah pilihan sikap.
b. Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang
umum terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga.Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban
maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya.
4. Usia Lanjut.
    Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik,
kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atautergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebihnampak jelas setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikansebagai karikatur kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadianlansia tentu akan lebih memudahkan masyarakat secara umum dananggota keluarga lansia tersebut secara khusus, dalam memperlakukanlansia dan sangat berguna bagi kita dalam mempersiapkan diri jika suatuhari nanti memasuki masa lansia. Adapun beberapatipe kepribadianlansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian Konstruktif. Model kepribadian tipe ini sejak
muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadapperubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positifdan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik dirumah, di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
b. Tipe kepribadian mandiri. model kepribadian tipe ini sejak masa
muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalampergaulan sosial, senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan atau bantuan orang lain.Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip “jangan menyusahkan orang lain” tetapi menolong orang lain itu
penting.
        c. Tipe kepribadian tergantung. Tipe kepribadian ini ditandai dengan
perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung di dasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain.Karena pasif dan tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang nyata.
        d. Tipe Kepribadian bermusuhan, adalah model kepribadian yang
tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.
        e. Tipe kepribadian kritik diri. Ini ditandai adanya sifat-sifat yang
sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak dilontarkan.

2.2  Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan
pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan
memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang
mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang
terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang
ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan
pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa
pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh
Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau
neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap
antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan
alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur
mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep
dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson,
dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar
biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas
bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya
dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan
konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga
tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa
sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan
sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai
perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara
universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang
telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah
dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu
bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam
teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:
1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling
mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada. Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena
Serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa. Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapatmaladaption/m aladaptif (adaptasi keliru) danm alignansi (selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuhm aladaption/m aladapti f dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi sertar itualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan psikologis manusia diawali dari sejak lahir hingga umur dewasa, yang membentuk sifat-sifat yang bersifat menetap. Factor-faktor di atas itu yang mempengaruhi setiap individu hingga memiliki karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda. Secara tidak langsung lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian itu tersebut yang dimulai dari usia balita, remaja, dewasa bahkan pada usia lanjut.  

Daftar Pustaka
www.goole.com
(www.akhmadsudrajat.wordpress.com)
http://www.wapannuri.com
Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm
Penerbit Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Prayitno Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar  Bimbingan Dan Konseling , Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar