Fellowequality

FellowEquality.com

Jumat, 30 Maret 2012

MENGGANTI NAMA RECYCLE BIN DARI REGISTRY


Berikut langkah-langkah untuk mengganti nama Recycle Bin melalui registry :
1.      Buka halaman Regedit
2.      Cari key berikut : HKEY_CLASSES_ROOT/ CLSID/ {645FF040-081-101B-9F08-00AA002F954E
3.      Klik ganda file Default pada kolom Name , kemudian beri nama baru sesuai dengan keinginan anda pada kotak teks Value Data.
4.      Klik OK untuk mengakhiri proses tersebut.
5.      Klik ganda file LocalizedString pada kolom Name.
6.      Kemudian ketikkan nama baru pada bagian Value Data sesuai dengan nama pada bagian default.
7.      Klik OK untuk mengakhiri proses tersebut.
8.      Restart atau Log Off komputer anda untuk melihat perubahan yang terjadi

Senin, 12 Maret 2012

Prasasti Juru Pangambat

Inyana Kaulanun Ning Cita Samaya
Seja Mipat Amit Ngala Menta Kersaning Gusti Hyang Tunggal
Nyuhun Widi Restu Damping
Para Rumuhun Nu Ngaraga Sukma Lelembutan

Ini Sabda Kalandara Rakryan Juru Pangambat
I Kawih Aji Panca Pasagi Marsa Ndesya
Barpulihkan Aji Sunda
Kidung Luhung Ti Karuhun
Sasaka Pusaka Buhun
Hayu Urang Suhun Ngalap Dangiang Rumuhun
Ti Kulon Ti Wetan Kaler Kidul Seug Pamitan
Hayu Urang Maruka Wiwitan
Kidung Sunda Nur Buatan

Inyana Kaulanun Ning Cita Samaya
Nu Rek Inya Twah Nu Surup Ka Nusa Larang
Pakeun Heubeul Jaya Di Buana, Pakeun Nanjeur Na Juritan

Seja Ngalaksana Purbatisti-Purbajati
Para Pangagung Mwah Pangluhung
I Sunda Sambawa Sunda Mandala
Bayu Sabda Hedap Dening Salira

Seja Ngalap Dangiang Rumuhun
Maruka Sasaka Pusaka Buhun
Pakena Gawe Rahayu, Pakena Kerta Bener
Bhagya Bari Pakena Bener, Pakeun Nanjer Na Juritan
Salamet Na Kerta Tuhu, Pakeun Heubeul Jaya Di Buana

Sembah Pangabaktos Kapihatur
Lahunjuk Panjenengan
Hyang Prabu Tarusbawa
Purbatisti-Purbajati
Pakeun Maruka Wiwitan Sasaka Pusaka Buhun
Ahung !


( http://galuhkiwari.wordpress.com/author/galuhkiwari/ )

Jumat, 09 Maret 2012

PENINGKATAN ANAK DALAM MEMBACA

PEMBAHASAN

1.    Kesiapan Membaca
kesiapan membaca adalah kematangan seorang anak dalam membaca,meliputi fisik,mental,dan sosial.Kapan sebaiknya seorang anak diajarkan membaca dan bagaimanakah caranya.menurut para pakar anak dapat diajarkan asalkan mempunyai minat,dapat menyatakan bunyi huruf,mengingat kata-kata,punya kemampuan membedakan,memiliki pengembangan kosa kata yang memadai.
Penilitian mengenai kesiapan membaca masih sangat langka di Indonesia.oleh sebab itu,tes-tes mengukur dalam kesiapan membaca pada anak pun belum ada.daerah penilitian ini masih merupakan lahan-lahan perawan,kaya,dan menantang bagi para peniliti kita masa kini dan masa depan.pada hakikatnya kesiapan membaca adalah hal yang relatif dan bersifat individual,karena banyak bergantung pada sifat perkembangan masing-masing anak.di samping itu,usaha-usaha orang tua dan guru-guru dikelompok bermain (KB) dan taman-taman kanak-kanak (TK) juga berpengaruh pada tercapainya kesiapan mmbaca pada anak-anak.
2.    Usaha Pengembangan Minat Baca Pada Anak
a.    Peran Orang Tua
Kesan membaca timbul dalam diri anak yang jauh lebih cepat dan mantap melalui pengalaman sendiri secara langsung dalam lingkungannya ketimbang diajarkan.seorang anak usia 1-3 tahun akan menghampiri ayah atau ibunya ketika mereka sedang membaca sebuah buku,anak menanyakan apa ini dan apa yang dilakukan ayah atau ibu.kemudian anak meniru apa yang dilakukan mereka.demikian itulah suatu perhatian yang mulai timbul pada kegiatan membaca.peran orang tua adalah factor utama yang sangat menentukan dalam pendidikan anak,terutama pada tingkat persekolahan dan SD.
Selaindari kegiatan-kegiatan di rumah dengan memanfaatkan sarana-sarana yang ada,orang tua juga perlu memanfaatkan berbagai sarana yang terdapat dalam lingkungan.
1.    Toko Buku
Membawa anak ke toko buku untuk melihat-lihat berbagai buku sangat berpengaruh positif pada minat anak itu terhadap buku dan membaca.orang tua hendaklah menerangkan pada anak-anak bahwa buku itu harus dibeli dan dibaca di rumah,karena isi buku-buku itu berguna.anak diajak melihat-lihat buku-buku tersebut.ada baiknya jika anak ditunjukan beberapa buku ceritaserta membaca judulnya,biarkanlah anak membuka-bukanya sendiri.
2.    Perpustakaan
Mengunjungi perpustakaan sangat perlu dimana terdapat banyak buku-buku bacaan.anak diajak melihat-lihat keadaan perpustakaan dan bagaimana setiap rak buku itu dijelaskan.orang tua perlu mengusahakan ada perpustakaan keluarga.kesadaran dan minat anak akan buku dan membaca akan semakin berkembang.
3.    Kantor pos
Sewaktu ada surat atau kiriman yang akan dimasukan ke kantor pos sebaiknya anak diajak ikut.dijelaskan cara mengirim surat,dan diunjukan dan dibacakan label atau nama kotak pos.
4.    Televise
Disini peran orang tua sangat fital sekali,karena anak-anak sangat suka dengan kegiatan ini.orang tua harus mendampingi ketika anak menonton televisi,karena banyak acara untuk orang-orang dewasa.sebaiknya orang tua tahu bagaimana caranya memanfaatkan TV untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak-anak.salah satunya mengingatkan anak agar dia memperhatikan tulisan-tulisan (teks) yang ada pada layar TV yang menjelaskan gambar-gambar atau aktivitas-aktivitas yang dipertunjukan.
5.    Toko Swalayan
Sarana ini hendaklah dimanfaatkan untuk minat dan perkembangan membaca pada anak,khususnya orang tua yang berdiam di kota.anak diajak berbelanja kemudian orang tua menunjukan berbagai label barang dan membacanya agar anak mendapat kesan tentang perlunya label itu untuk dibaca.
6.    Nama Jalan Dan Kantor
Orang tua harusnya mengajak jalan-jalan ke kota atau tempat lainnya,tapi jangan lupa memanfaatkankesempatan itu untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat dan kebiasaan membaca.nama jalan,kantor dan tulisan-tulisan informasi  lainnya di kta atau tempat-tempat lain yang dikunjungi perlu ditunjukan kepada anak,dan dibacakan,agar dia tahu nama jalan dan menambah pengalaman pada anak.

Sebuah Kajian Profil Karakter Mahasiswa Indonesia

A.    Pengertian Karakter
"Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit". Tentu saja yang dimaksud adalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji. Karakter yang baik diketahui melalui "Respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan & kesulitan.
Karakter dibentuk tidak diciptakan, harus melalui proses. Benar ada karakter dasar yang memuat kekuatan dan kelebihan kita. Untuk mengembangkan karakter, diperlukan 'character coach' atau 'character mentoring'. Kita tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, coach, mentor yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita.
Karakter terbentuk dengan paling sedikit 5 hal, yaitu:
1.    Temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat).
2.    Keyakinan kita (apa yang kita percayai, paradigma)
3.    Pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita).
4.    Motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup).
5.    Perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh, lingkungan kita.
B.    Ciri karakter manusia indonesia yaitu:
1.  Hipokritis alias munafik
 2.  Segan bertanggung-jawab
3.  Berjiwa feodal
 4.  Percaya takhayul
5.  Artistik
6.  Watak lemah, karakter kurang kuat
C.     Bidang Pengembangan Karakter Mahasiswa ITB
Bidang Kaderisasi   
Kaderisasi merupakan keniscayaan dalam sebuah organisasi, baik itu organisasi berbasis profit dan non profit. KM ITB yang notabene merupakan organisasi non profit wajib melakukan kaderisasi untuk memastikan kontinuitas organisasi KM ITB agar dapat menjadikan mahasiswa sebagai insan akademik seutuhnya. Adanya RUK KM ITB sebagai landasan dasar kaderisasi KM ITB belum mencapai titik optimal dalam penerapannya.
D.    Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
1.    Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
2.    Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
3.    Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
4.    Menghargai karya seni dan budaya nasional;
5.    Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;


DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari situs http://www.sditinsanmandiri.net/index.php?option=com_content&view=article&id=93:p tanggal 10 januari 2011 di Bandung
Dikutip dari situs  endidikan-karakter&catid=36:artikel-umum&Itemid=37 tanggal 10 januari 2011 di Bandung
Dikutip dari situs http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/124/Kekuatan_Karakter/ tanggal 10 januari 2011 di Bandung

PENGANTAR PENDIDIKAN "Jalur jenjang dan jenis pendididkan"

1.1     Latar belakang masalah
Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang dan pendidikan nasionalo Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang di kelompokan sesuai dengan sipat dan kekhususan tujuanya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum,pendidikan keturunan,dan pendidikan lainya serta supaya pembaharuanya meliputi landasan yuridis,kurikulum dan perangkat penunjangnya struktur pendidikan dan tenaga kependidikan

1.1 Pembahasan masalah
Pada hakikatnya penulisan mengarahkan langkah-langkah yang di jadikan pokok permasalahan dalam pembuatan malakalah ini agar sasaran yang hendak di capai dapat terwujud pokok permasalahan tersebut yaitu bagaimana cara untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang

1.2     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar pendidikan


BAB 11
JALUR JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN
    Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar.
Penyelenggaraan SISDIKNAS dilaksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah di singkat PLS
1.    Jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (Pendidikan dasar,pendidikan menengah dan pendidikan tinggi) sifatnya formal di atur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah ada keseragaman pola yang bersifat nasional
2.    Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang di selenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan seperti kursus-kursus di luar sekolah yang sifatnya tidak formal
3.    Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasaan dank ke dalam bahan pengajaran( uu no 52 tahun 1989 bab 1,pasal 1 ayat 5)dasar untuk memberikan bekal dasar atau pendidikan pertama/ setara sampai tamat jenjang pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang di kelompokan sesuai sengan sifat dan kehususan tatanannya (UU RI no 2 tahun 1989 Bab 1 ayat 4 no 2 tahun 1989)
1.    Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik
2.    Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu seperti bidang teknik,tata boga,dan busana perhotelan,kerajinan,administrasi,perkantoran dll.
3.    Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang di selenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental yang termasuk pendidikan luar biasa adalah SDLB untuk jenjang dasar dan PLB untuk jenjang pendidikan menengah memiliki program khusus yaitu program untuk anak tuna netra,tuna rungu,tuna daksa,dan tuna grahita, untuk pendidikan gurunya di sediakan SGPIB(Sekolah guru pendidikan luar biasa) serta dengan diploma 3
4.    Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan khusus yang di selenggarakan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dan non departemen
5.    Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik dalam melaksanakan peranan yang khusus dalam pengetahuan ajaran agama yang terdiri dari tingkat pendidikan dasar,menengah dan pendidikan tinggi
Jalur jenjang dan jenis pendidikan dalam di wujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang di selenggarakan oleh pemerintahpemerintah daerah dan / atau masyarakat
A.    Pendidikan dasar
1.    Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah
2.    Pendidikan dasar berberbentuk sekolah dasar (SD) Dan madrasah ibtidayah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama(SMP) dan madrasah tsanawiayah (mts) atau bentuk lain dari sederajat
3.    Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana di maksud dalam ayat (1) dan ayat (2) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
B.    Pendidikan menengah
1.    Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar
2.    Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan
3.    Pendidikan berbentuk sekolah menengah atas (SMA) madrasah aliyah(MA) Sekolah menengah kejuruan (SMK) Dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat
4.    Ketentuan menengah pendidikan mengenai sebagaimana di maksud pada ayat (1 ) ayat (2) dan ayat (3) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
C.    Pendidikan tinggi
1.    Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,sarjana,magister,spesialis,dan doctor yang si selenggarakan oleh perguruan tinggi
2.    Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sisitem terbuka
3.    Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik,politeknik,sekolah tinggi,institute atau universitas
4.    Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
5.    Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana di maksud dalam ayat(1) ayat (2) dan ayat (3) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
6.    Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat berbentuk akademik profesi atau vokasi
7.    Gelar akademik,profesi atau vokasi hanya di gunakan oleh lulusan perguruan tinggi yang di nyatakan berhak memberikan gelar akademik profesi atau vokasi
8.    Gelar akademik profesi atau vokasi yang di keluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi sebagaimana di maksud dalam ayat (2) di nyatakan tidak sah
9.    Ketentuan mengenai gelar akademik profesi atau vokasi sebagaimana di maksud pada ayat (1) ayat (2) ayat (3) ayat(4)ayat (5) dan ayat (6) di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Sejumlah peraturan pemerintah yaitu pasal-pasal tertentu dari UU RI no 2 tahun 1989 peraturan pemerintah yaitu
-    PP No.27 th 1990 tentang pendidikan pra sekolah
-    PP No.28 th 1990 tentang pendidikan dasar
-    PP No.29 th 1990 tentang pendidikan menengah
-    PP No.30 th 1990 tentang pendidikan tinggi
-    PP No.33 th 1990 tentang pendidikan luar sekolah
-    PP No.38 th 1990 tentang tentang tenaga kependidikan
-    PP No.39 th 1990 tentang peran serta masyarakatdalam pendidikan
Penyelenggaraan terwujud pada jalur jenjang dan jenis pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembanguanan pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasar kepada aspek legal


3.1    Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu usah asadar untuk menyiapkanpeserta didikagar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia
Jadi system pendidikan nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu pada semua kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional dan di selenggarakan oleh pemerintah swasta di bawah tanggung jawab menteri dik bud dan menteri lainya
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang di kelompokan sesuai dengan sifat dan kehususan tujuanya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri ats pendidikan umum,pendidikan keturunan,pendidikan lainya serta upaya membaharuanya meliputi landasan yuridis kurikulum dan perangkat penunjangnya struktur pendidikan dan tenaga kependidikan
3.2  Saran
Dewasa ini system pendidikan nasional selalu di anggap sepele padahal sangatlah penting peserta didik mengetahui cara dan bagaimana mengetahui tentang system pendidikan nasional jadi kita sebagai pelajar dan peserta didik harus harus tahu jalur dan jenis pendidikan


DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud (1989)UU RI No.2 tahun 1982 tentang sistim pendidikan nasional,Jakarta Balai pustaka
UUD P4 dan GBHN
Nana sudjana, (1989)pendidikan dan pengembangan kurikulum,Jakarta: P2G
Depdikbud

MEMBACA GRAFIK FRAY DARI SEBUAH WACANA

Tanggung jawab profesi, tuntutan ekonomi rumah tangga serta kebutuhan aktualisasi diri bisa membuat suami, istri, dan anak terpisah bentangan jarak. Cinta dan perhatian pun harus diekspresikan dan diperjuangkan dari jauh.
Kimzana (36) menggambarkan dirinya pada profil di jejaring sosial dengan kalimat pendek: ‘’ pengin banget pulang ’’ dan satu tanda jantung hati. Sejak setahun lalu demi menempuh studi di Belanda ia memang terpisah dari suaminya, Joko (35), dan dua buah hati mereka Lila (8,5) dan Mecca (5).
Sebelum memutuskan mengambil beasiswa pascasarjana di Oldendorff Research Institute, Universitas Tilburg, Kimzana biasa dipanggil Kim berusaha menomorsatukan keluarga di atas karier. Ia membuktikan totalitas itu dengan empat kali berhenti bekerja. Tiap kali ia harus, berhenti bekerja karena anak-anaknya membutuhkan perhatian ekstra.

Jawaban :   Jumlah 100 kata = kata harus
                 Jumlah kalimat = 7,4 ( 7 + 4/11 )
                 Jumlah suku kata = 279 x 0,6 = 167,4
                 Jadi wacana diatas dipakai untuk siwa kelas 11. 

PERANAN BAHASA PERTAMA DALAM PROSES PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi
Strategi dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan.Karena strategi merupakan upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi, perasaan dan hasil pengalaman.Strategi juga dapat merupakan ilmu, yang langkah-langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana atau tindakan..Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga pada umumnya strategi disusun secara bertahap dengan memperhitungkan factor-faktor yang mempengaruhinya

B.    Strategi Dalam Pemerolehan Bahasa Pertama
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.Kompetens i adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir.Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalam memperoleh bahasa pertamanya? Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2005:243- 244) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.Strategi pemerolehan bahasa pertama adalah sebagai berikut:
1.    Strategi Meniru
Anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa dapat dianjurkan untuk memegang pedoman: tirulah apa yang dilakukan ornag lain. Ini sebenarnya masuk akal. Lihatlah bagaimana anak belajara sesuatu apa pun dari orang dewasa. Ketika ia melihat orang tuanya membuka buku lalu ia menirunya membuka-buka buku, tidak peduli benar benar atau salah caranya. Tapi toh itu selalu dilakukannya dan ornag tuanya juga akan terus mengajarinya. Itu juga digunkannya dalam pemerolehan bahasa. Mula-mula ia hanya bisa mendengar bunyi-bunyi yang ditirukan orang dewasa. Lalu ia menirunya dengan sekenanya. Orang tuanya akan menanggapinya seolah-olah memahami maksud anak.
Tiruan ini akan digunakanya terus meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Pernahkah Anda terkesima mendengar anak Anda menjawab pertanyaan, dengan jawaban yang pernah anda gunakan sendiri terhadap anak Anda?Atau pernahkah Anda terkagum mendengar anak Anda melarang Anda sendiri dengan larangan yang pernah Anda lontarkan?Itulah bukti mereka belajar meniru.Perhatikan monolog berikut ini.
Seorang anak terlalu asyik menonton tv acara film kesukaanya. Tak disadarinya jarak antara tvdan dirinya terlalu dekat. Melihat hal ini Ibunya menegur kepada anaknya: “Jangan dekat-dekat Toni, nanti matanya, rusak. Mundur sedikit ya sayang!”. Di saat yang lain Ibunya terlihat terasa keheranan karena samar-samar terdengar suara Bu Joko, tetangganya muncul di tv. Serta merta ia menghampiri tv untuk meyakinkanya. Karena sednag tidak mengenakan kacamata ia berupayamendekati tv. Si Toni, anaknya, yang juga sedang menyaksikan iklan perdana itu dengan lantang berkata: : “Ma, jangan dekat-dekat dong nanti mata mama rusak”. Kalau mata mama rusak katanya nanti tidka bisa melihat Toni membaca dan belajar di sekolah.Mundur sedikit ya Ma”.
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi ini akan menimbulkan maslaah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Nampaknya gampang sekali.Akan tetapi ada banyak pertanyaan yang harus dijawab mengenai hal ini.
    Apakah peniruan atau imitasi harus persis sama seperti yang dikatakan orang lain?
    Jika si A berkata dengan pola dan gayanya sendiri, apakah B dikatakan telah meniru jika benar-benar persis sama?
    Siapa di dunia ini yang dapat meniru sama?
    Haruskah kata-katanya, susunannya, polanya, gayanya, persis sama?
    Bagaimana dengan intonasinya?
    Apakah intonasi termasuk didalmnya tekanan kata, nada, jeda, dan jangkanya persis sama seperti modelnya?
    Apakah ada bedanya antara pemerolehan bahsa melalui peniruaan dengan pemerolehan bahas atanpa peniruan?
    Apa perbedaan-perbedaan yang dapat terjadi dalam peniruan terhadap model selama hal itu tetap merupakan tiruan?
Literatul penelitian mengenai peniruan atau imitasi mengemukakn adanya berbagai ragam peniruan atau imitaasi, seperti
a.    Imitasi spontan atau spontaneous imitation,
b.    Imitasi pemerolehan atau elicetid imitation,
c.    Imitasi segera atau immediate imitation,
d.    Imitasi terlambat atau delayed imitation, dan
e.    Imitasi dengan perluasan atau imitation with expans ion, reduced imitation
Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
2.    Strategi Produktivitas
Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa. Dalam strategi ini anak diberi pedoman: buatlah sebanyak mungkin dengn bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh.Produktivitas adalah cirri utama bahasa.Apakah anda faham itu?Ya, bahas abersifat produktif karena dengan seperangkat kecil sarana dapat dihasilkan sejumlah kata, frase, kalimat, wacana maupun percakapan.Cobalah hitung ada berapa bunyi bahasa dalam bahasa Indonesia.Yang sederhana saja.Saya beri contoh bunyi bahasa /k/, /t/, /u/, /a/.Dari keempat bunyi bahasa itu berapa kata bahsa Indonesia dapat dihasilkan untuk berkomunikasi. Setidaknya ada empat yaitu: [ kuta ], [ kuat ], [ tuak ] dan [ akut ].
Dari empat kata itu, berapa kalimat yang dapat dihasilakan?.Saya tidak dapat menggambarkan betapa banyak kalimat yang dapat dihasilkan dengan perangkat empat kata tadi. Kita buat beberapa contoh saja
a.    Orang kuat itu terlihat terkapar di panatai Kuta. Belakangan diketahui ia terkena penyakit jantung akut.
b.    Ada indikasi bahwa orang di Kuta itu senang minum tuak
c.    Memang tuak tidka bvaik meskipun bagi orang kuat karena dapat menyebabkan penyakit yang akut.
Contoh di atas tadi menyiratkan bahwa bukan hanya dengans edikit pernagkat saja dapat dihasilkan sejumlah komunikasi bahasa tak terbatas tetapi dengan berbagai cara juga dapat dihasilkan sejumlah tak terbtas komunikasi bahasa. Jadi pernagkat terbatas tadi baru menjadi tak terbatas dengan berbagai cara atau kombinasi dalam hal.
Kita rasanya seolah-olah menganggap sangat luar biasa jika anak-anak kecil melakukan begitu banyak hal komunikasi dengan sarana yang begitu sedikit.Mereka snaggup mengomunikasikan berbagai makna melalui sarana linguistik yang terbatas. Coba ingat-ingat apa yang disampaikan anaka-anak sebelum mereka manggunakan kata-kata. Dia menunjuk kepada suatu benda, melihat kea rah orang dewasa dan menyerukan sesuatu.Dia menulurkan kedua tangannya kepada orang dewasa dan merengek.Demikianlah situasi yang ditambah gerak-gerik, ditambah vokalisasi dapat menyampaikan bnayak hal. Tangis anak saja dapat mengomunikasikan banyak hal dikala ia belum mampu berbicara apa-apa. Ketika ia sudah dapat menuturkan kata-kata, maka lebih banyak lagi yang dapat disampaikannya. Ingat tidak Anda, betapa efektifnya anak menggunakan kata tunggal, terutama sekali pada bagian akhir satu kata tatkal kata tunggal yang disediakan tau diajarkan anak dalam satu situasi merupakan kata yang paling informative. Dengan satu kata itu ia dapat “becerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung pada situasi dan intonasin misalnya:
a.    “papa!” (berarti “ papa datang”)
b.    “papa?” ( berarti “mengapa papa belum datang”)
c.    “papa, papa” (berarti “papa selamat pagi”)
d.    “pa…pa..” (berarti “papa baik”)
3.    Strategi ketiga berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi uajaran dan respon.
Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada berpedoman: hasilkanlah ujaran dan lhatlah bagaimana ornag lain memberi responsi. Strategi ini telah dicoba oleh Nelsan (1973).Ia mengamati apa yang dia sebut sebagai “strategi produktif”. Ada delapan belas anak yang ditelaahnya memang banyak berbicara dan memperoleh umpan balik daripada yang lainnya terhadap pembicaraan mereka.Berikut ini adalah contoh percakapan anak wanita yang berumur 19 bulan dengan ibunyta, yang mendemonstrasikan praktik strategi produktif.
Anak     : Saya makan
Ibu     : O, kamu makan?
Anak     : Saya makan nasi, saya makan nasi goring.
Ibu    : O, kamu makan nasi di situ.
Anak     : Ya, makan di sini. Makan?
Ibu     : Ya, kamu boleh makan.
Anak     : (Dia maka). Saya makan.
Ibu     : Ya, kamu boleh makan. Ayo makan.
Anak     : makan nasi.
Ibu     : makan nasi goreng.
Perhatikanlah bahwa ibu secara informal, secara kenvensional, memberikan umpan balik kepada sang anak. Walaupun barnagkali strategi ini hanya merupakan salah satu dari sekian banyak kemungnan, tetapi dapat member nilai tertentu. Secara khusus “ukuran” informal bagi perkembanga bahasa seorang anak adalah apa yang “dikatakan” atau “diucapkan”nya, bukan apa yang difahami anak itu. Strategi produktif bersifat “sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga. Artinya, hal itu dapat memberikan umpan balik kepada pelajar mengenai ekspresinya sendiri terhadap makna dan juga memberinya sampel yang lebih banyak yaitu sampel untuk digarap dan dikerjakan.
Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
4.    Strategi prinsip operasi
Dalam startegi anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa “prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa. Pemikiran ini dikembangkan oleh Slobin (1971).Karya Slobin mengenai prinsip-prinsip operasi atau operating principlis sungguh menunjang gagasan mengenai anak-anak sebagai permerhati dan pemakai aktif pola-pola dalam pemerolehan bahsa. Slobin dan para mahasiswanya dengan penuh semangat mengumpulkan data mereka sendiri dan telah menelaah secara intensif data yang telah dikumpulkan pakar lain engenai pemerolehan bahasa pertama lebih dari 40 bahasa. Selain daripada “perintah terhdap diri sendiri’ oleh anak, prinsip operasi Slobin juga menyarankan ‘larangan’ yang dinyatakan dalam avoidance terms; mislanya: “hindari kekecualian”, “hindari pengaturan kembali”.Misalnya: come; comed {came}; man: mans {men} dalam bahasa inggris, dan beradu-berajar {belajar}; peraturan-perajaran {pelajaran} dalam bahasa Indonesia.

PENUTUP

A.    Kesimpulan

•    Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa pertama adalah strategi meniru Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia dapat sempurna melafalkan bunyi.
•    Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa pertama adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh.
•    Strategi ketiga berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan responsi. Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah ujaran dan lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi. Stategi produktif bersifat “sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga.
•    Strategi keempat adalah prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa “prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa. Selain perintah terhadap diri sendiri oleh anak, prinsip operasi ini juga menyarankan larangan yang dinyatakan dalam avoidance terms; misalnya: hindari kekecualian, hindari pengaturan kembali.

B.    Saran
Sangat kami sadari di dalam penyusunan makalah ini banyak terjadi kesalahan baik dari cara penulisan, ejaan ataupun dari penyusunan tiap kata maupun kalimat kami sangat membutuhkan saran dan masukan yang membangun agar ke depannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Sofa, Pakde.(2008).“Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua”. Diakses tanggal28   Januari 2008 pada http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua
2011. Pengertian Strategi. Diakses tanggal 03 Oktober 2011 pada
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2117278-pengertian-strategi/#ixzz1ZhkTiGxo
Latiffah Melly.(2010). “Perkembangan Kognitif Anak Balita.” Diakses tanggal 09 Januari 2012 pada http://tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2009/03/perkembangan-kognitif- anak-balita.html









Rabu, 07 Maret 2012

Mantra Benjang ( ASLI UJUNG BERUNG )


 Mantra 1 :
•    Membaca syahadat  ( asyhaduallaailaahaillalloh waasyhadu anna muhammadarrosululloh), sambil tarik napas.
Mantra 2 :
•    Bismillahirrohmaanirrohiim, di haturan linggih karuhun nu dikaler kidul ngulon ngetan mun ker sare panghudangkeun mun geus hudang pangnangtungkeun di haturan linggih didieu.
Mantra 3 :
•    Bismillahirrohmaanirrohiim innalillahi wainnailaihi rooji’uun. sambil tarik napas

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK "PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.
Tak banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya dimiliki seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui bagaimana cara cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru yang sebenarnya sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita harus mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya
Berdasarkan itu kami membuat makalah ini untuk menggali setitik ilmu mengenai sosok manusia indonesia seutuhnya.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan menfokuskan pada beberapa masalah di bawah ini:
a. Apa pengertian perkembangan kepribadian?
 b. factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia?
 c. Pada hakekatnya kepribadian manusia berkembang didasari karena adanya
 hubungan-hubungan secara teoritis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya pengertian  hakekat dan perkembangan kepribadian bagi peserta didik serta penerapannya. Dan juga bertujuan untuk memenuhi tugas individu makalah pendidikan.


BAB II
2.1 Psikologi Perkembangan kepribadian
    Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalamA.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahapdewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja (A.Supratika, Op Cit, hal. 56).
A.  Struktur kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana system kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai super ego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia di lihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrolatas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.( Ibid ). Persepsi tentang sifat manusia menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

B.  Dibawah ini beberapa contoh dan masalah tentang perkembangan kepribadian mulai dari anak sampai lanjut usia:
    1. Anak dan Balita
        a. Banyak orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya
yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orang tua yang anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat.
b. Apakah anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar
diucapkan oleh para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-anak mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari prestasinya, sikap dan perilakunya, sifatnya,sampai dengan fisiknya. Jeli sekali pengamatan para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-anaknya. Selanjutnya, orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan terapi” Artikel ini,tidak mengajak pembaca untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah,namun mengajak pembaca untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
c. Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif,dan tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-faktortertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1). Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2). Faktor pola asuh
3). Faktor lingkungan
4). Faktor pendidikan
5). Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)
d. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama, bahkan kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang berbedaketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia pun di duniayang segala sesuatunya sama persis
    2.Remaja.
    a. Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja itu sendiri. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua.
 b. Merespon Emosi. Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita
dalam mencapai tujuan dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya bila tujuan kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan menjadi semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal berikut:
1). Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan emosi.
2). Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional (meskipun beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku berdasarkan alasan logis dan objektif).
3). Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan emosi (sombong, marah, cemburu, frustrasi dll)
4). Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas kasih, sayang, perasaan tertarik dll.
3. Dewasa.
a. Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup orang dewasa
yang bisa menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang menjadi depresi, depresi bisa melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa dibilang sebuah pilihan sikap.
b. Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang
umum terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga.Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban
maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya.
4. Usia Lanjut.
    Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik,
kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atautergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebihnampak jelas setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikansebagai karikatur kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadianlansia tentu akan lebih memudahkan masyarakat secara umum dananggota keluarga lansia tersebut secara khusus, dalam memperlakukanlansia dan sangat berguna bagi kita dalam mempersiapkan diri jika suatuhari nanti memasuki masa lansia. Adapun beberapatipe kepribadianlansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian Konstruktif. Model kepribadian tipe ini sejak
muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadapperubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positifdan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik dirumah, di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
b. Tipe kepribadian mandiri. model kepribadian tipe ini sejak masa
muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalampergaulan sosial, senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan atau bantuan orang lain.Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip “jangan menyusahkan orang lain” tetapi menolong orang lain itu
penting.
        c. Tipe kepribadian tergantung. Tipe kepribadian ini ditandai dengan
perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung di dasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain.Karena pasif dan tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang nyata.
        d. Tipe Kepribadian bermusuhan, adalah model kepribadian yang
tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.
        e. Tipe kepribadian kritik diri. Ini ditandai adanya sifat-sifat yang
sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak dilontarkan.

2.2  Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan
pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan
memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang
mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang
terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang
ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan
pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa
pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh
Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau
neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap
antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan
alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur
mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep
dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson,
dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar
biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas
bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya
dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan
konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga
tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa
sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan
sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai
perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara
universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang
telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah
dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu
bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam
teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:
1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling
mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada. Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena
Serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa. Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapatmaladaption/m aladaptif (adaptasi keliru) danm alignansi (selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuhm aladaption/m aladapti f dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi sertar itualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan psikologis manusia diawali dari sejak lahir hingga umur dewasa, yang membentuk sifat-sifat yang bersifat menetap. Factor-faktor di atas itu yang mempengaruhi setiap individu hingga memiliki karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda. Secara tidak langsung lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian itu tersebut yang dimulai dari usia balita, remaja, dewasa bahkan pada usia lanjut.  

Daftar Pustaka
www.goole.com
(www.akhmadsudrajat.wordpress.com)
http://www.wapannuri.com
Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm
Penerbit Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Prayitno Dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar  Bimbingan Dan Konseling , Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah.

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI ERA GLOBAL

Mempelajari bab ini akan mengajak kalian kembali mengingat pada pelajaran di semester satu, yaitu tentang perubahan sosial budaya. Cobalah buka kembali materi pelajaran tersebut. Pada pembahasan lalu telah dijelaskan bahwa perubahan sosial budaya meliputi perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari suatu keadaan tertentu ke keadaan lain. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi tersebut meliputi perubahan sosial dan budaya, terjadi di masyarakat, serta menghasilkan suatu keadaan baru bagi manusia. Pada dasarnya, semua bangsa di dunia ini mengalami proses perubahan. Proses perubahan itu didorong oleh berbagai usaha masyarakat dalam memperjuangkan harapan dan cita-citanya, yaitu perubahan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. Perubahan yang terjadi di era global saat ini lazim disebut dengan modernisasi dan globalisasi.

A. Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial budayanya. Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya. Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut terlihat adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian. Pada gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan secara manual; pada gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai menggunakan teknologi sederhana dalam pengolahan hasil panennya; dan pada gambar (c) terlihat bahwa proses pemanenan dan pengolahan hasil panen dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang canggih sehingga proses pemanenan dan pengolahannya dapat dilakukan sekaligus.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.
Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman tentang modernisasi, maka secara garis besar istilah modern dapat diartikan berikut ini.
1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka modernisasi harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat sekarang ke arah waktu-waktu yang akan datang.
Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan sendirinya. Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.
1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Hal yang harus kalian pahami adalah bahwa modernisasi berbeda dengan westernisasi. Jika modernisasi adalah suatu bentuk proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih maju; westernisasi adalah proses peniruan oleh suatu masyarakat atau negara terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat yang dianggap lebih baik dari budaya daerahnya. Berdasarkan hal tersebut, pengertian modernisasi lebih baik daripada westernisasi. Akan tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi biasanya juga terjadi proses westernisasi, karena perkembangan masyarakat modern itu pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam kemasan Barat pula.

B. Globalisasi

Istilah globalisasi berasal dari kata global atau globe (globe = bola dunia; global = mendunia). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber daya alam. Contoh paling mudah adanya pengaruh globalisasi adalah adanya siaran langsung televisi antarnegara. Hal-hal yang sedang terjadi di negara lain, misalnya final Piala Dunia di Jerman dapat kita ketahui pada saat yang bersamaan. Dalam hal ini definisi berita yang biasanya diartikan sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi berubah menjadi suatu peristiwa yang sedang terjadi. Contoh lain adalah internet. Internet merupakan hasil penggabungan kemajuan teknologi komputer dengan kemajuan teknologi komunikasi yang dianggap sebagai bentuk revolusi di kedua bidang tersebut. Dengan kemampuan pembaruan data yang cepat, internet berkembang sebagai “jendela dunia” yang up to date. Melalui internet, banyak kemudahan yang dapat kalian peroleh tanpa harus berurusan dengan birokrasi antarnegara. Pengiriman surat, data, atau dokumen-dokumen penting ke berbagai penjuru dunia dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Bebas, terbuka, langsung, dan tanpa mengenal batas negara merupakan ciri era komunikasi global. Semua kalangan bisa berhubungan dengan jaringan internet, termasuk di dalamnya jaringan-jaringan yang tidak layak atau menyesatkan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Kondisi tersebut hanya sebagian kecil contoh globalisasi. Artinya, hubungan antarmanusia tidak lagi dibatasi aturan atau wilayah negaranya saja, namun mulai mengikuti aturan internasional yang berkembang di dunia. Adanya hubungan yang mendunia ini dipengaruhi oleh adanya saluran-saluran pendukung proses globalisasi berikut ini.
1. Saluran pergaulan; adanya kontak kebudayaan dan saling mengunjungi antarwarga negara akan memudahkan seseorang mempelajari dan mengerti kebudayaan asing. Bentuk pertukaran pelajar, home stay, pertukaran misi kebudayaan, penyerapan tenaga kerja asing, dan sebagainya membuat seseorang tidak hanya tinggal di negara lain, tetapi secara sadar atau tidak ia akan menyerap kebiasaan dan pola kehidupan masyarakat setempat.
2. Saluran teknologi; berbagai peralatan teknologi merupakan saluran globalisasi yang membawa pengaruh yang sangat besar. Seperti telah diungkapkan sedikit pada bagian awal, saluran teknologi ternyata memiliki potensi perubahan yang sangat besar bagi masyarakat penggunanya.
3. Saluran ekonomi; produk-produk baru dapat dengan cepat diinformasikan pada konsumen. Hal ini akan mempercepat pola penawaran dan permintaan di pasar. Bahkan, saat ini sistem bisnis melalui multimedia sudah banyak dilaku-kan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, misalnya dengan cara telemarketing, baik melalui pesawat telepon maupun internet. Kekayaan dan utang suatu negara dapat diketahui dan dibandingkan dengan kondisi di negara lain, sehingga hampir tidak ada rahasia yang dapat tertutup rapat.
4. Saluran media hiburan; produk-produk hiburan seperti film , lagu, dan berbagai jenis produk permainan/games yang beredar dapat memengaruhi mental masyarakat. Sektor ini perlu diwaspadai dalam upaya pembinaan dan perlindungan generasi muda dari degradasi moral.

C. Dampak Modernisasi dan Globalisasi

1. Tanggapan dan Kecenderungan Perilaku Masyarakat terhadap Modernisasi dan Globalisasi

Saat memasuki era milenium ketiga ini, tampaknya arus modernisasi dan globalisasi tidak akan dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Berbagai tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.
a. Sikap Positif
Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi
kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
b . Sikap Negatif
Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
1) Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
2) Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
3) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.

2. Akibat Modernisasi dan Globalisasi terhadap Budaya Indonesia

Suatu kemajuan akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Hal ini harus dapat kalian sadari betul agar dapat meminimalkan dampak negatif yang merugikan serta memaksimalkan dampak positif yang menguntungkan.
a . Akibat Positif Globalisasi
1) Semakin dipercayanya kebudayaan Indonesia; dengan adanya internet, kalian bisa mengetahui kebudayaan-kebudayaan bangsa lain, sehingga dapat dibandingkan ragam kebudayaan antarnegara, bahkan dapat terjadi adanya akulturasi budaya yang akan semakin memperkaya kebudayaan bangsa. Dengan memperbandingkan itu pula kalian dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan budaya Indonesia bila dibandingkan dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain.
2) Ragam kebudayaan dan kekayaan alam negara Indonesia lebih dikenal dunia; dulu mungkin masyarakat Eropa hanya mengenal Bali sebagai objek wisata di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat Eropa mulai mengenal keindahan alam Danau Toba di Sumatra Utara, panorama Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara, keaslian alam Perairan Raja Ampat di Papua, kelembutan tari Bedoyo Ketawang dari Solo (Jawa Tengah), keanggunan tari Persembahan dari Sumatra Barat, atau kemeriahan tari Perang dari suku Nias di Sumatra Utara.
b . Akibat Negatif Globalisasi
1) Munculnya guncangan kebudayaan (cultural shock); guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya seringkali ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan
budayanya yang mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau bahkan ada yang frustasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau perilaku penyimpangan yang lain.
2) Munculnya ketimpangan kebudayaan (cultural lag); kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi. Contoh: Akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengkonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebayakan menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.
(http://www.crayonpedia.org)

Selasa, 06 Maret 2012

PEMBELAJARAN MENULIS


RUANG  KREATIF
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Dadang S. Anshori
Luas ruang yang diberikan para guru kepada para siswa dalam hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa serta kemampuan guru dalam melakukan model, pendekatan, metode, dan strategi. Harus menggunakan seluruh perangkat pengajaran sebagai “senjata” di dalam kelas. Guru harus memenangkan “perang” di ruang kelas sehingga mampu memberdayakan seluruh potensi bahasa siswa dan menggerakan semua sumber kreatifitas berbahasa para keluhan seputar pengajaran bahasa Indonesia yang dipandang kurang menarik,monoton, membosankan, kurang bermanfaat hingga dianggap mudah karena kesehariannya masyarakat kita bahasa Indonesia dapat ditelusuri dengan menjadikan model, pendekatan, metode dan strategi sebagai titik tolak tentu saja bahasa Indonesia yang hanya mengandalkan lembaran kerja siswa, tugas yang tanpa arahan, ceramah yang terus-menerus, atau pengajaran minus media dari sudut pandang manapun bukan strategi atau teknik yang dapat menarik perhatian siswa. Sebut saja ketidakmampuan siswa para siswa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dipasok oleh lemahnya guru dalam memandu dan menyajikan pengajaran menulis secara menarik. Padahal perhatikan kecenderungan masa kini yang menempatkan kegiatan menulis secara menarik. Padahal perhatikan kecenderungan masa kini yang menempatkan kegiatan menulis sebagai bagian dari superbrand yang harus dimiliki generasi muda yang hendak sukses di masa mendatang.
            Putu wijaya menjelaskan kondisi pengajaran sastra di sekolah, pengajaran bahasa pun tidak ubahnya semacam rumah sangat sederhana yang cocok untuk etalase laporan administrative, bahwa sudah dilaksanakan pembangunan. Namun kalau ditanyakan kepada para penghuninya, tak seorang pun yang dapat hidup tenang di dalam penjara yang mirip kotak-kotak burung dara itu. Berbeda dengan rumah-rumah liar yang tak terencana di tepi sungai atau sepanjang rel kereta api di stasiun walau bentuknya tidak karuan, tetapi rumah-rumah itu benar-benar menjadi sarang bagi penghuninya. Bentuk dan keindahannya tak direncanakan, tetapi tercipta berdasarkan kebutuhan penghuninya, sehingga cocok dan akran (putu wijaya, 2007).
            Harus dilakukan penelitian yang kompherensif untuk mengatakan pengajaran bahasa sebagai semacam “etalase administrasi” bagi sebuah kreativitas yang besar. Namun, mari kita lihat, fenomena berbahasa manakah yang menjadi bukti bahwa pengajaran bahasa Indonesia sudah berhasil, baik secara kuantitas maupun kualitas. Fakta justru menunjukan bahwa nilai UN secara nasional rendah, belum lagi tanda-tanda yang sifatnya kualitatif: kemampuan menulis, kemampuan membaca, kemampuan berbicara dan kemampuan menyimak yang juga masih memprihatinkan. Bagaimana mungkin sebuah kegiatan mengajar yang diukur secara nasional, berjalan tanpa kritik. Dan ini tentu terjadi bukan hanya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi mata pelajaran lain yang fenomena kegagalannya nyaris sama. Bukankah diskusi kita tentang semua fenomena kebehasaan dan pengajaran bahasa akan berimplikasi pada kesadaran kita terus menerus menata pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dalam kolidor yang benar?
            Pengajaran bahasa dilakukan dalam rangka melahirkan pembelajar-pembelajar yang memahami bagaimana tugas belajar sehingga mereka secara mandiri dapat belajar secara baik. Namun demikian, menurut Harmer (1998) membelajarkan siswa bukan pekerjaan yang mudah, banyak kesulitan yang ditemui pembelajar, baik dipengaruhi faktor bagaimana pengalaman belajar para siswa, bagaimana keberadaan mereka di ruang kelas, bagaiman variasi metode yang digunakan untuk menangani siswa yang berbeda, masing-masing siswa memiliki keunikan dalam proses pembelajaran. Faktanya dalam kelas klasikal guru tidak pernah mengidentifikasi kesiapan siswa (entery behavioring) dan siswa memilik tipe belajar yang berbeda (auditorial, visual, kinestesik ). Untuk membedakan siswa yang baik atau tidak dapat dilihat pada bagaimana siswa mengerjakan tugas sekolah, lebih utama, yakni membangun pribadi pembelajaran yang memahami bagaimana dia harus belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik akan memetakan seluruh potensinya agar ia sukses belajar. Harmer (1998: 9) mengatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah “the underlying philosophy behind self-access centres ia that student who are prepared to take such responsibility for their own learning (by studying in their own time, doing homework, thinking carefully about what would be best for them) are good learners. Good leaners, in other words, don’t just wait to be taught.” Pribadi yang bertanggung jawab terhadap perencanaan belajar dan tidak menunggu guru mengajar (tidak hanya menerima pengatahuan dari guru) hanya akan terbentuk apabila ada proses dan dorongan dari guru. Oleh karena itu Harmer (1998: 8) menyebutkan bahwa tugas guru bahasa Indonesia adalah “one of the main tasks for teacher is provoke interest and involment in the subjeck even when student are not initially interested in it. It is by their choice of topic, activity and linguistic content that they may be able to turn a class around. It is by their attitude to class participation, their conscienticiousness, their humour and their seriousness that they may influence their student. It is by their own behavior and enthusiasm that they may inpire.” Dengan kata lain, guru hendaknya menjadi penebar inspirasi dan menjadi oxase di tengah kekeringan semangat belajar para siswanya.
            Secara detail Harmer (1998:10) menerjemahkan secara rinci karakter pembelajar yang baik berikut ini.
1.      Memiliki kemauan untuk mendengar (a willingness to listen). Seorang pembelajar yang baik bukan hanya untuk mendengar pada saat dia sedang senang, namun juga mau mendengar sesuatu realitas yang harus didengarnya.
2.      Memiliki kemauan untuk mencoba (a willingness to exsperiment). Seorang pembelajar harus berani mencoba melakukan aktifitas berbahasa, sekalipun resikonya ia melakukan kesalahan. Namun kesuksesan belajar bahasa tidak ada yang diperoleh secara ekstrover.
3.      Memiliki kemauan untuk bertanya (a willingness to ask questions). Bertanya menjadi ukuran seorang siswa memahami atau tidak materi yang diajarkan, selain dalam konteks pengajaran bahasa memiliki kemampuan berbicara secara baik atau tidak, khususnya dalam mengajukan pertanyaan. Siswa juga harus dapat mengukur apakah masalah yang dia miliki layak ditanyakan atau tidak, serta bagaimana mengajukan pertanyaan yang baik.
4.      Memiliki kemauan untuk berpikir tentang cara belajar (a willingness to think about how to learn). Pembelajaran yang baik memahami bagaimana peta kemampuan dirinya dan bagaimana dia dapat belajar dengan kemampuannya. Peta kemampuan tersebut menjadi ukuran baginya untuk memaksimalkan proses belajar yang dia jalani.
5.      Kemauan untuk melakukan perbaikan (a willingness to accept correction). Pembelajaran yang baik akan menyiapkan diri untuk selalu menerima kritik (koreksi) dari berbagai pihak secara lapang dada dan menjadikannya sebagai feedback bagi kemajuan dirinya.
Karakteristik-karakteristik di atas seharusnya dimiliki oleh pembelajar bahasa apabila ia menghendaki kesuksesan dalam belajar bahasa. Sebaliknya guru harus mendorong para siswa memiliki karakter-karakter pembelajar yang baik sehingga tugas dia dapat berjalan secara baik. Bagaimana pun guru yang baik ( Harmer, 1998:3) adalah “therefor,is that good teachers care more about their students’ learning than they do about their own teaching”.  
Ruang Kreatif Pengajaran Bahasa
Kembali pada pernyataan Putu Wijaya di atas, penting untuk kita pertimbangkan ruang kreatif yang tidak di batasi “etalasi formalitas” yang kadang-kadang tidak menghasilkan sesuatu sesuai dengan pengajaran bahasa. Patut pula kita pertanyakan apakah pembelajaran menulis telah melahirkan para penulis, apakah para sastrawan lahir dari bangku sekolah atau jurusan sastra. Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Namun, tentu saja “ruang formal” tidak cukup member bekal kepada para siswa untuk mengembangkan skill yang mereka miliki. Pada kondisi seperti ini ruang-ruang kreatif yang ditemukan para siswa diluar “ruang formal” pendidikan harus dihargai sebagaimana proses belajar yang mereka lakukan disekolah.
Ruang kreatif dalam berbentuk segala aktifitas yang dilakukan para siswa dalam rangka mengembangkan kebahasaan para siswa bentuk ekspresi atau apresisasi yang mereka lakukan sangat ditentukan oleh “pertemuan mereka” dengan jenis “ruang kreatif” tersebut. Di antara mereka ada yang merasakan pentingnya belajar bahasa ketika mengelola majalah dinding dan membaca naskah yang harus disunting untuk kepentingan majalah sekolah. Mungkin mereka merasakan pentingnya penguasaan dialog ketika mereka akan melakukan pementasan drama pada acara perpisahan sekolah. Ruang-ruang kreatif ini akan memberi makna bagi seorang pembelajar bahasa dan memaknai bahasa secara fungsional. Oleh karena itu, setiap orang akan memerlukan sesuatu (bahasa) apabila bahasa memberi manfaat bagi dirinya. Tugas kita berikutnya adalah bagaimana membuat “kejutan makna” agar siswa menyadari dan memhami pentingnya kemampuan bahasa dalam kehidupan mereka saat ini dan kelak.